Sunday, 24 April 2016

TJOET NYA DHIEN ( 1850 - 1908 )

TJOET NYA DHIEN ( 1850 - 1908 )

Tjoet Nya Dhien dilahirkan di Lampadang, Aceh Besar pada tahun 1850. Pada bulan Desember 1957 daerah tempat tinggalnya diduduki Belanda sehingga beliau mengungsi kedaerah lain dan berpisah dengan suaminya dan ayahnya untuk melanjutkan perjuangannya. 
Pada bulan Juni 1878 suaminya tewas dalam pertempuran mwlawan belanda di Glen Tarum. Almarhum meninggalkan seorang istri ( Tjoet Nya' Dhien dan putra putrinya ) peristiwa itu menyebabkan Tjoet Nya' Dhien bersumpah hanya akan bersuami lagi dengan lelaki yang bersedia membantu perang untuk menuntut balas kematian suaminya.
pada tahun 1880 ia menikah dengan Teuku Umar, Teuku Umar adalah seorang pejuang aceh yang terkenal, tetapi pada tahun 1983 bekerja sama dengan belanda hanya sebagai taktik untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang saja. Tiga tahun kemudian, beliau membelot dan menyerang belanda, bamun tewas dalam pertempuran di meulaboh, pada tanggal 11 Februari 1899, kemudian perjuangan dipedalaman meulaboh dilanjutkan oleh istrinya Tjoet Nya' Dhien.
Selama enam tahun Tjoet Nya' Dien bergerilya dan selama itu pula belanda tidak berhasil menangkapnya. perjuangannyatidk hanya berjuang merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda saja, tapi merupakan perlawanan terhadap kape kape belanda sebagai mana dalam film perjuangan.
Oleh karena semangat  perlawanannya Tjoet Nya' Dhien terhadap Belanda begitu tinggi, maka seluruh rakyat Aceh menbantunya, baik dengan moril maupun dengan materil. kendati kekuatan tentaranya kian hari semakin berkurang, beliau tetap pantang menyerah, sehingga untuk melanjutkan perjuangannya  terpaksa beliau selalu berpindah pindah dari suatu tempat ke tempat lain atau dari suatu daerah ke daerah lain.
Karena usia beliau semakin lanjut, maka pandangannya mulai rabun. demikian penyakit lainnya mengganggu kesehatannya. Hal ini menimbulkan iba kasihan Pang Laot, panglima perang dan orang kepercayaannya. Ia melaporkan keadaan kesehatan Tjoet Nya' Dhien kepada belanda sambil menyatakan bersedia menunjukan tempatnya, tetapi dengan syarat :
  • Beliau harus diperlakukan dengan baik.
  • Tidak disingkirkan ke luar Aceh, karena beliau milik masyarakat Aceh.
Sebelum ditangkat Tjoet Nya' Dhien, mencabut rencongnya dan berusaha melawan namun akhirnya tak berdaya. setelah tertawan beliau dibawa ke banda Aceh. Karena disana beliau masih bisa berhubungan dengan para pejuang yang belum tunduk, maka akhirnya dibawa ke Sumedang Jawa barat. dan disanalah beliau wafat dan dimakamkan di sana pula Pada tanggal, 06 November 1908.
   
Ambil pelaajaran buat kita generasi muda, supaya tidak kalah semangat dengan para pejuang terdahulu untuk menjaga, melestarikan, dan membangun negeri ini. 
Salam
Jevisa
   
  


 

0 komentar

Post a Comment

KOMENTAR ANDA ADALAH TANGGAPAN PRIBADI, KAMI BERHAK MENGHAPUS KOMENTAR YANG BERSIPAT KATA KATA PELECEHAN, INTIMIDASI, DAN SARA. TERIMAKASIH